THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Kamis, 19 Februari 2009

IMI Perkenalkan Racing Academy Indonesia

Jakarta – IMI (Ikatan Motor Indonesia) meluncurkan program IMI Racing Academy Indonesia. Ini adalah bentuk komitmen IMI dalam menunjang pembinaan para pembalap muda.

Rencana IMI untuk melakukan pembinaan bagi para bakat muda memang sudah dipikirkan sejak tahun lalu. Namun baru kali ini program tersebut bisa dilaksanakan dan diperkenalkan kepada masyarakat umum.

"Ini bentuk pembinaan IMI. Pemikiran akademi memang sudah dimunculkan sejak tahun lalu tapi kenyataan baru tahun ini lahir IMI Racing Academy," kata ketua PP IMI Pusat Julian Ari Batubara di saat peluncuran program di Senayan City, Rabu (18/2/2009).

IMI Racing Academy Indonesia (IRAI) memiliki beberapa program kelas yaitu touring car, motorcross, road racing dan juga karting. Para peserta akan dibimbing oleh orang-orang yang memang berkompeten dibidangnya.

Animo para peserta pun rupanya cukup besar. Oke Djunjunan sebagai Program Director IRAI mengungkaokan bahwa sejak program berjalan dari Januari telah 30 murid mengikuti program tersebut.

"Di kelas motorcross ada 20 orang lebih dan sisa di program lainnya. Animo memang sangat besar dan di setiap kelas dipegang oleh orang yang berkompeten dibidangnya. Kita mencari komunitas tapi yang berkualitas," ujarnya.

Sementara Ari Batubara tidak mau terlalu banyak mengungkapkan berapa investasi yang dikeluarkan untuk IRAI ini. Namun untuk ke depannya IMI akan mencoba bekerjasama dengan sponsor.

"Investasi tidak sedikit tapi tidak terlau banyak. Mungkin ke depannya kita ingin bekerjasama dengan pihak sponsor dan tentu saja ada timbal baliknya," kata Ari.

Guna menunjang event tersebut dapat dikemas lebih menarik IMI menggandeng Lightning Production. Sedangkan masyarakat luar dapat menikmati beberpa event tersebut lewat layar kaca di TV One.


Sumber : detiksport ( key / arp )

KONI Evaluasi Kesiapan Daerah Untuk PELATNAS

JAKARTA, KOMPAS - Komite Olahraga Nasional Indonesia akan segera rnengevaluasi hasil kunjungan utusan KONI yang khusus mendatangi delapan provinsi. Mereka bertugas melihat kesiapan pelaksanaan Pemusatan Latihan Nasianal Terpadu di delapan provinsi tersebut.

Hal tersebut ditegaskan Ketua Bidang Organisasi Kornite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Ngatino, Rabu (18/2), sehubungan dengan keberatan dari beberapa daerah menjadi pelaksanaan Pelatnas Terpadu yang diprakarsai KONI Pusat. Menurut Ngatino yang juga Wakil Komandan Pelatnas Terpadu 2009, sejak Pelatnas Terpadu KONI diresmikan, Kamis (12/2), pihak KONI Pusat langsung rnengirirn utusan untuk melihat kesiapandelapan provinsi yang menyatakan siap menjadi tuan rumah Pelatnas Terpadu.

Kedelapan daerah tersebut adalah Sumatera Utara untuk cabang polo air dan wushu/taolu, Sumatera Selatan (bilyar dan sepak bola), Riau (angkat besi, sepak takraw, dan golf), DKI Jaya (atletik, bulu tangkis, tenis meja, tenis, dan loncat indah), Jawa Barat (balap sepeda dan bola voli), Jawa Timur (renang dan panahan), Kalimantan Tirnur (menembak, wushu/shansao, taekwondo, pencak silat, karate, dan judo), serta Maluku (tinju).

Saat menerima perwakilan KONI Pusat, Provinsi Riau menegaskan, hingga saat ini mereka masih belum mendapat kepastian mengingat belum adanya dana untuk akomodasi, transportasi, dan kebutuhan atlet.

"Karena pelatnas belum dianggarkan dalam APBD Riau 2009, kami akan upayakan agar dana ini bisa diperoleh melalui APBD Perubahan. Sekalipun agar pelatnas dapat segera berIangsung, kami telah minta persetujuan Gubernur untuk mengeluarkan dana talangan. Mudah-rnudahan dana tersebut dapat tersedia dalam waktu dekat agar Pelatnas Terpadu dapat segera dimulai," kata Lulanan Abbas, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Riau, saat menerirna Sri Sudono Sumarto, Ketua II KONI Pusat, di Pekanbaru, Senin. Penolakan yang lebih tegas justru muncul dari DPRD Jawa Tirnur yang tidak ingin memenuhi permintaan dana KONI Jatim sebesar Rp 5,7 miliar untuk pelaksanaan Pelatnas Terpadu cabang renang dan panahan, seperti yang telah disampaikan KONI Pusat. Menurut Saleh Ismail Mukadar, Ketua Komisi E DPRD Jatim, pelaksanaan Pelatnas Terpadu itu sebenarnya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat, "Kami hanya bertanggung jawab pada pembinaan olahraga di Ja-i tim melalui pemusatan latihan daerah, Komitmen itu telah karni tunjukan melalui pernberian dana Rp 48 miliar untuk tahun ini," katanya, (SAHjRIZ/NIC)

Sumber : Kompas

SEA Games Laos 2009 Tantangan Pengurus Baru PSTI

JAKARTA-Ketua Umum KONI/KOI Rita Subowo mengatakan, ajang multievent SEA Games Laos 2009 merupakan tantangan bagi kepengurusan baru Pengurus Besar.Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PB.PSTI) untuk membuktikan kemampuannya berprestasi lebih baik lagi. Hal itu dikemukakan Rita Subowo ketika melantik kepengurusan baru PB.PSTI periode 2009-2013 yang dipimpin oleh Ketua UmumMarsekal Madya TNI (Purn) HM Basri Sidehabi,S.IP,MBA di Gedung Kerucut, Senayan, Jakarta, Rabu (18/2).

Dikatakan, pada SEA Games 2007 di Nakhon Ratchasima, Thailand, sepaktakraw menyumbang 3 medali perak dan 1 perunggu bagi kontingen Merah-Putih. Selain itu, di ajang Asian Beach Games (ABG) I di Bali tahun lalu, olahraga tradisional bangsa Melayu ini berhasil mempersembahkan 1 perak dan 2 perunggu. Untuk itu, Rita Subowo berharap agar prestasi olahraga ini lebih meningkat lagi terutama di ajang SEA Games Laos 2009.

”Saya berharap kepengurusan baru ini dapat mengantarkan olahraga ini lebih berprestasi lagi. Untuk menjawab tantangan itu perlu dilakukan terobosan-terobosan baru. Seperti misalnya lebih memperbanyak lagi menggelar kejurnas terutama kejurnas kelompok usia, pemasalan, pembibitan, serta pemantauan bakat bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dan seluruh stake holder olahraga di Indonesia,” kata Rita Subowo dalam sambutannya.

Di sisi lain, Rita Subowo juga meminta kepada semua jajaran pengurus untuk lebih

mempersiapkan lagi atlet terbaiknya mengikuti berbagai ajang baik itu ditingkat multievent maupun single event. Seperti Asian Games 2010, Youth Olympic 2010.

Sementara itu, pemusatan latihan sepak takraw SEA Games 2009 yang direncanakan berlangsung di Riau ada kemungkinan bakal dipindahkan ke Jakarta. Hal itu diungkapkan Ketua Umum PSTI HM.Basri Sidehabi.

“Kita akan evaluasi lagi untung dan ruginya jika pelatnas sepak takraw dilaksanakan di Riau. Tapi, saya melihat akan lebih efektif jika dilakukan di Jakarta. Dalam hal fasilitas, Jakarta juga jauh lebih lengkap,” ujar Basri yang menggantikan Bupati Bengkalis, Syamsurizal sebagai Ketua Umum PB.PSTI.

Dalam menghadapi SEA Games 2009 di Laos, November mendatang, KONI Pusat memang melakukan pelatnas di beberapa daerah. Riau adalah salah satu daerah yang dipercaya menjadi tuan rumah pelatnas tiga cabang olahraga, masing-masing sepak takraw, golf, serta angkat besi.

Adapun mekanisme pembiayaanya, board and loadging menjadi tanggungan Pemda setempat. Sedangkan KONI Pusat menanggung uang saku para atlet dan pelatih.

Lebih jauh, Basri menambahkan dalam masa kepengurusan selama empat tahun ke depan pihaknya telah menyiapkan program-program unggulan. Salah satunya adalah memutar liga sepak takraw berskala nasional.

“Kita menargetkan sepak takraw makin disukai oleh generasi muda Indonesia. Terdekat kita juga pasang target meraih medali di Asian Indoor Games di Vietnam,” lanjut Sidehabi.(keke)

Rabu, 18 Februari 2009

SEJARAH BERDIRINYA WUSHU INDONESIA

Wushu atau yang seringkali juga disebut Kungfu adalah Seni Beladiri yang berasal dari Tiongkok kuno. Tersebar keseluruh penjuru dunia melalui orang Tionghoa / Hua Ren yang pergi merantau.
Sejarah munculnya seni beladiri ini sudah tidak bisa ditelusuri lagi, konon usianya sudah ribuan tahun. Mungkin sama tuanya dengan sejarah Tiongkok yang dihiasi dengan banyak pertempuran. Dimana saat itu seni untuk bertempur dan mempertahankan diri sudah dikenal dalam bentuk yang masih sederhana.
Arti dari kata Wu adalah ilmu perang sedangkan arti kata Shu adalah seni. Sehingga Wushu dapat juga diartikan seni untuk berperang. Dimana didalamnya mengandung aspek seni, olahraga, kesehatan, beladiri dan mental.
Mempelajari Wushu sebenarnya tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan gerakan fisik belaka. Melainkan juga melibatkan pikiran, olah pernapasan, pemahaman anatomi tubuh, aliran darah dan jalur energi tubuh. Juga mempelajari penggunaan ramuan untuk memperkuat tubuh ataupun untuk pengobatan.
Disisi lain Wushu juga membentuk kepribadian, melatih kedisiplinan, ketahanan mental, kecerdikan, kewaspadaan, persaudaraan, jiwa satria dan lain sebagainya. Maka Wushu juga berfungsi sebagai ‘way of life’. Bahkan lebih jauh lagi bisa menjurus kearah pengembangan spiritual.
Di Indonesia sebenarnya Wushu sudah lama dikenal dengan istilah Kungfu. Tetapi barulah pada tanggal 10 November 1992 KONI pusat meresmikan berdirinya PB Wushu Indonesia yang merupakan wadah bagi seluruh Perguruan Kungfu di Indonesia.
Bahkan sesungguhnya beberapa istilah wushu justru telah di-Indonesia-kan karena sesungguhnya olahraga ini sudah dikenal sejak era penjajahan Belanda, sementara olahraga lain tidak. Misalnya, atlet karate disebut karateka (bahasa jepang), atlet kempo disebut kenshi (bahasa jepang) sedangkan atlet wushu disebut wushuwan-wushuwati (bahasa indonesia), meskipun istilah di negara lain adalah wushuyuan.Salah satu hal yang menarik untuk diketahui ialah kaitan wushu dengan nama-nama yang cukup dikenal yaitu Shaolin pay, Butong pay, Kunlun pay dan sebagainya.
Nama-nama tersebut memang dikenal di negeri Cina sebagai perguruan kungfu yang hebat di masa lalu. Nama-nama tersebut lebih mendunia lagi dikarenakan cerita-cerita silat dan film-film silat yang sebagian besar merupakan fiksi berlatarbelakang sejarah. Nama-nama tersebut memang lembaga keagamaan, yang mengajarkan wushu sebagai alat kesehatan dan beladiri bagi kelompok mereka, tetapi wushu tetaplah teknik beladiri yang kebetulan banyak dipengaruhi ciri-ciri kelompok mereka.
Teknik tersebut bisa pula dipelajari orang-orang di luar kelompok mereka. Fakta sejarah menunjukkan bahwa wushu Shaolin juga dipelajari rakyat sipil. Bahkan perguruan wushu Shaolin yang dulu dikenal sebagai Shaolin pay, kini telah menjadi institut wushu dengan nama Shaolin Wushu Institut di Henan (Shaolin sendiri sebenarnya adalah nama kuil) yang isinya adalah para akademisi dari dalam maupun luar Cina.
Wushu gaya shaolin sekarang banyak menjiwai materi wushu internasional seperti chang quan, nan quan, dan sebagainya. Sedangkan wushu gaya Butong dikembangkan masyarakat menjadi salah satu nomor wushu terpopuler di dunia dengan nama taijiquan (tai chi). Jadi wushu sebenarnya adalah ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan cukup lama, dan bukan ritual dari agama-agama tertentu seperti Budha dan Tao.
Fakta sejarah yang memperkuat lainnya adalah gerakan Ming, yang terdiri dari para ahli wushu, tapi mereka bukan lembaga agama melainkan kumpulan cendikiawan dan ahli iptek. Fakta lain adalah kemunculan gerakan Taiping di akhir Dinasti Qing (Manchu) yang dipimpin Hung Xiu Quan. Kelompok pesilat Taiping ini adalah gerakan kaum pesilat Nasrani/Kristen, dengan peraturan dasar kelompok tersebut adalah Injil. Jadi jelas bahwa mempolemikkan wushu dengan cara mengidentikannya dengan agama tertentu, atau okultisme dan bertentangan dengan ajaran agama-agama tertentu, merupakan pemikiran yang sangat tidak tepat dan tidak bijaksana.
Fakta-fakta ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia generasi setelah tahun 60-an, bahkan banyak yang lebih percaya cerita film dan dongeng mulut ke mulut, daripada membaca sumber sejarah yang ilmiah yang telah ditulis dalam berbagai bahasa dan beredar di dunia internasional. Keadaan ini kemudian yang menyebabkan timbulnya salah pemahaman sebagaimana dirinci di atas. Bahkan sampai saat ini, harus diakui masih ada yang mengikuti pemikiran-pemikiran yang kurang tepat tersebut, termasuk mereka yang terlibat dalam pengembangan olahraga wushu di Indonesia saat ini.
Tai Chi salah satu jurus wushu
Tai Chi Chuan / Tai Chi Quan berbeda dengan jenis Wu Shu yang berkembang sebelumnya dimana pada umumnya mengutamakan kecepatan dan kelincahan serta kedasyatan pukulan dan tendangan. Gerakannya halus dan lembut tetapi ‘bertenaga’. Kadang disertai dengan ‘ledakan’ yang disebut ‘Fa Jing’ yang merupakan ciri khas Wu Shu Internal.
Menurut legenda pencipta Tai Chi Quan adalah tokoh Tao yang hidup sekitar abad 13 yaitu Zhang San Feng / Can San Fung / Thio Sam Hong (Hokian) yang juga merupakan pendiri Wu Tang Bai / Bu Tong Pay (Hokian).
Sejarah yang lebih pasti dimulai dari Chen Wang Ting, seorang Jendral yang hidup pada masa akhir dinasti Ming dan awal dinasti Qing (1644). Setelah keruntuhan dinasti Ming Beliau kembali ke Desa marga Chen dan mengajarkan Thai Chi Quan kepada keturunannya.
Awalnya Tai Chi Keluarga Chen tidak diajarkan kepada lain marga. Hingga keturunan generasi ke 15 dari Chen Wang Ting yang bernama Chen Chang Xing mempunyai seorang pelayan bernama Yang Lu Chan yang secara diam-diam ‘mencuri’ ilmu. Setelah ketahuan Chen Chang Xing menyuruh Yang Lu Chan mendemonstrasikan apa yang telah dia pelajari. Ternyata Yang Lu Chan sangat berbakat sehingga kemudian diangkat murid dan disempurnakan jurusnya.
Yang Lu Chan menjadi terkenal bahkan juga diminta untuk mengajarkan Tai Chi Quan kepada keluarga kerajaan. Perubahan mulai terjadi pada masa Master Yang Cheng Fu yang merupakan putra Yang Chien Hou. Beliau menyederhanakan Tai Chi Quan dan menjadikannya tidak sekedar sebagai seni beladiri tetapi juga sebagai seni untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Kemudian diajarkan kepada masyarakat luas.
Pada th 1956, dengan dasar Tai Chi Quan gaya Yang mulailah diperkenalkan Tai Chi Quan dalam bentuk yang telah sederhanakan menjadi 24 jurus. Untuk melatihnya hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Jenis inilah yang sekarang paling populer dan banyak dipelajari.
Filosofi Tai Chi Quan antara lain:
Menundukkan Kekerasan dengan Kelembutan.
Mengikuti dan menyesuaikan dengan gerakan lawan.
Mengatasi kekuatan ratusan kilo dengan hanya beberapa ons tenaga.
wushu dan beberapa jurus yang di pertandingkan
Wushu merupakan salah satu komponen penting di dalam warisan kebudayaan Tionghua yang telah mempunyai sejarah ribuan tahun. Wushu juga merupakan olahraga yang paling popular untuk segala usia di negara dengan penduduk 1,2 milyar jiwa.
Selama ini orang lebih mengenal kata Kung Fu daripada Wushu.Hal ini kurang tepat, karena kata "Kung Fu" sendiri artinya keahlian yang dimiliki seseorang, tidak hanya sebatas ilmu beladiri saja.Berdasarkan makna katanya "Wu" berarti military or perang,"Shu" berarti art or seni.Jadi Wushu berarti Seni berperang atau seni beladiri (Martial Art).
Dahulu Wushu merupakan suatu keahlian untuk membela diri & survival di dalam menghadapi masa yang penuh dengan perang dan kekacauan politik di China. Seiring dengan kemajuan jaman, maka Wushu telah diorganisasi secara sistematis kedalam bagian dari ilmu seni pertunjukan dan menjadi suatu cabang olahraga yang mempunyai keindahan aesthetic yang bernuansa oriental, yang telah diperlombakan baik di tingkat nasional maupun internasional seperti Sea Games, Asian Games, dan Olympic Games di abad 21 ini.
Jurus Wushu yang diperlombakan dewasa ini merupakan hasil penelitian dari para pakar olahraga Wushu di negeri RRC, meneliti semua jurus dan aliran di seluruh penjuru negeri tirai bambu tersebut. untuk distandarisasi menjadi gerakan seragam yg mewakili seluruh gerakan beladiri yg ada di negeri tsb, sehingga dapat diperlombakan/dipertandingkan di tingkat internasional.
Dari hasil penelitian tersebut maka terciptalah 7 macam jurus standarisasi internasional (Wu Shu Jing Sai Tao Lu) yang diperlombakan pada kejuaraan internasional.
Ke-7 macam jurus tersebut terdiri dari :
1. Tinju Utara (Chang Quan/Long fist)
2. Tinju Selatan ( Nan Quan/Southern fist)
3. Jurus Golok (Dao Su/Broadsword Play)
4. Jurus Pedang (Jian Su/Sword Play)
5. Jurus Toya (Gun Su/Staff Play)
6. Jurus Tombak (Qiang Su/Spear Play)
7. Jurus Tai Chi (Tai Chi Quan/ Shadow Boxing)
Maka dapat disimpulkan bahwa Wushu merupakan olahraga beladiri yang paling menarik untuk dilihat sebagai pertunjukan, berguna untuk beladiri, menjaga kesehatan dan juga untuk melatih mental serta disiplin, mengingat untuk berlatih wushu diperlukan kemauan dan usaha yang keras untuk dapat mencapainya.
Wushu di Indonesia lebih dikenal dengan nama Kungthauw dan lebih populer dengan nama Kungfu-merupakan seni beladiri yang berguna baik untuk kesehatan, seni maupun pembelaan diri. Wushu yang merupakan salah satu cabang olah raga, memiliki sejarah ribuan tahun dan merupaka warisan budaya Cina yang sudah lama dipraktekkan di Indonesia. Daya tarik wushu adalah pada lengkapnya seni ini dilihat dari aspek olah raga, kesehatan, bela diri, seni, maupun pada kemampuannya membangun sifat ksatria. Kini para peminat Wushu di Indonesia terus berkembang apalagi dengan semakin intensifnya digelar berbagai kejuaraan di arena lokal, nasional, bahkan internasional.

Wushu cina muslim

Pembangunan Islam dan pengambilalihan pada taraf tertinggi wushu Cina telah ada sejarah yang lama. Banyak akarnya berasas pada Qing Dynasty persecution of Muslims. Masyarakat Hui telah bermula dan menadaptasi banyak gaya-gaya wushu seperti bajiquan, piguazhang, dan liuhequan. Ada daerah-daerah utama yang telah dikenali sebagai pusat wushu Muslim, seperti County Cang di Provinsi Hebei. Seni pertahankan diri ini adalah sangat lain dari gaya-gaya Turkic yang diamalkan di Xinjiang.

Sumber : Vicktor Wahyudy

(http://vicktor-wahyudy.blogspot.com/2007/11/sejarah-wushu-indonesia.html

Sejarah KONI


  • 1946
    • Top organisasi olahraga membentuk Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) di Solo dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.
  • 1947
    • Organisasi olahraga membentuk Komite Olympiade Republik Indonesia (KORI) dengan Ketua Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
    • KORI berubah menjadi Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
  • 1951
    • PORI melebur ke dalam KOI.
  • 1952
    • KOI diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada tanggal 11 Maret.
  • 1959
    • Pemerintah membentuk Dewan Asian Games Indonesia (DAGI) untuk mempersiapkan penyelenggaraan Asian Games IV 1962, KOI sebagai badan pembantu DAGI dalam hubungan internasional.
  • 1961
    • Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia, top organisasi olahraga sebagai pelaksana teknis cabang olahraga yang bersangkutan.
  • 1962
    • Pemerintah membentu Departemen Olahraga (Depora) dengan menteri Maladi.
  • 1964
    • Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.
  • 1965
    • Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga dibentuk pada tanggal 25 Desember, mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik.
  • 1966
    • Presiden Soekarno menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 143 A dan 156 A Tahun 1966 tentang pembentukan KONI sebagai ganti DORI, tetapi tidak dapat berfungsi karena tidak didukung oleh induk organisasi olahraga berkenaan situasi politik saat itu.
    • Presiden Soeharto membubarkan Depora dan membentuk Direktorat Jendral Olahraga dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
    • Induk organisasi olahraga membentuk KONI pada 31 Desember dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
    • KOI diketuai oleh Sri Paku Alam VIII.
  • 1967
    • Presiden Soeharto mengukuhkan KONI dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1967.
    • Sri Paku Alam VIII mengundurkan diri sebagai Ketua KOI. Jabatan Ketua KOI kemudian dirangkap oleh Ketua Umum KONI Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) KONI M.F. Siregar dan Sekretaris KOI Soeworo.
    • Soeworo meninggal, jabatan Sekretaris KOI dirangkap oleh Sekjen KONI M.F. Siregar. Sejak itu dalam AD/ART KONI yang disepakati dalam Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas), KONI ibarat sekeping mata uang dua sisi yang ke dalam menjalankan tugasnya sebagai KONI dan ke luar berstatus sebagai KOI. IOC kemudian mengakui KONI sebagai NOC Indonesia.
  • 2005
    • Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan memecah KONI menjadi KON dan KOI.
  • 2007
    • Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2005.
    • KONI menyelenggarakan Musornas Luar Biasa (Musornaslub) pada 30 Juli yang membentuk Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan menyerahkan fungsi sebagai NOC Indonesia dari KONI kepada KOI kembali. Nama KONI tetap dipertahankan dan tidak diubah menjadi KONI.

Memaknai Sportifitas

BAGI beberapa kota yang mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2012, yaitu London, Paris, Madrid, dan New York, tanggal 6 Juli 2005 merupakan saat yang menegangkan. Pada hari itu tuan rumah olimpiade diputuskan. Selama hampir dua tahun mereka bersusah payah, mulai dari meyakinkan dan mencari dukungan berbagai lapisan masyarakat, membuat perencanaan, kampanye melalui berbagai media, sampai lobi dengan negara anggota IOC.

Di kota Paris, sejak tahun 2003, suasana olimpiade terasa di mana-mana. Di menara Eiffel, logo yang akan digunakan oleh Paris , telah dipasang. Demikian pula di tempat strategis lainnya, seperti Place de la Concorde, Champs-Elysees, dsb. Kegiatan yang cukup menarik, adalah disulapnya venue Champs-Elysees pada 5 Juni 2005 menjadi arena seluruh cabor yang akan dipertandingkan di olimpiade. Untuk persiapan selama dua tahun, ratusan juta euro dikeluarkan.

Dengan perencanaan yang begitu matang, wajar apabila pemerintah dan masyarakat Paris yakin akan terpilih. Dari sisi dukungan pemerintah, Jack Chirac pun terbang ke Singapura untuk melakukan lobi secara langsung kepada para delegasi anggota IOC.

Pada saat diumumkan, masyarakat berkumpul di beberapa tempat strategis dan pesta kemenangan dirancang. Ketika hasilnya diumumkan dan ternyata Paris tidak terpilih, kekecewaan merebak. Namun, media hanya sekitar dua hari memberitakan kekalahan tersebut. Pernyataan presiden, wali kota, dan ketua perencana hampir senada. Intinya, Prancis sudah melakukan berbagai upaya maksimal, kemudian hasilnya gagal, semua orang harus berbesar hati. Ada pula yang memberikan analisa, bahwa dari sisi persiapan, sarana, dan prasarana Paris jauh lebih baik dari kota-kota lainnya, tetapi kurang lobi.

Orang Prancis berprinsip bahwa persiapan, tahapan, dan proses yang baik dan benar, jauh lebih penting ketimbang lobi. Lobi (yang tidak baik tentunya) dianggap hanya merupakan pendekatan sesaat yang bisa memanipulasi kenyataan sebenarnya.

Apa yang terjadi dengan Paris, menarik untuk diproyeksikan di Indonesia. Ada beberapa pelajaran berharga. Pertama, untuk melaksanakan sesuatu kegiatan seharusnya direncanakan dengan baik. Tahun 2012 masih tujuh tahun, tetapi perencanaan sudah dimulai jauh hari. Kalau di Indonesia, ada banyak hal yang dilaksanakan dengan metoda SKS (sistem kebut semalam). Karena itu janganlah heran apabila hasilnya tak maksimal.

Kedua, tentang lobi. Sejauh apa yang dilobikan sesuai dengan kenyataan, maka lobi itu baik-baik saja. Manipulasi materi lobi, hanya akan efektif bagi seseorang atau kelompok orang yang mata dan hatinya terbelenggu oleh subjektivitas dan memiliki agenda-agenda lain di luar objektivitas yang berlaku umum.

Ketiga, kalah menang di dalam berkompetisi adalah biasa, tinggal saja bagaimana menyikapinya. Di Indonesia, apabila seseorang kalah di dalam suatu pertandingan atau pemilihan, kemudian timbul ketidakpuasan dari orang-orang dan pendukung yang kalah tersebut. Dalam kasus sepak bola, apabila timnya kalah, pemain, suporter, bis lawan, wasit, dan fasilitas umum lainnya bisa menjadi sasaran.

Menyimak hal tersebut di atas, di negara kita, jangan-jangan ada yang salah di dalam membentuk sportivitas. Ada kesan bahwa pemahaman berolah raga hanyalah untuk kesehatan dan prestasi. Kecenderungan hanya kepada pencapaian prestasi, di antaranya bisa terlihat dari jumlah dana yang dikeluarkan, bonus yang diberikan kepada juara, serta ukuran keberhasilan pembangunan olah raga yang seringkali dilihat dari berapa cabang yang diikuti di berbagai event nasional, regional atau internasional, berapa medali emas yang diperoleh dsb.

Celakanya, untuk tujuan prestasi ini pun kadangkala tidak diiringi dengan sportivitas. Kasus yang selalu mencuat menjelang pekan olah raga (daerah atau nasional), adalah rebutan atlet, menyuap wasit, dsb. Karena itu, tujuan olah raga yang paling penting, seperti melatih kebersamaan, disiplin waktu, disiplin latihan, penegakan aturan, keadilan, kejujuran, menerima menang kalah, melatih mental, dsb. perlu dihidupkan kembali.

Motto ''men sana in corporesano'' yang artinya di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat, seharusnya dimaknai di dalam konteks ini. Tujuan dari olah raga selain untuk kesehatan, juga untuk membangun jiwa agar kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan dengan yang lebih baik. Sikap orang Prancis di dalam menerima kekalahan, tidak terlepas dari pendidikan olah raga di sekolah.

Penulis, Rektor Universitas Padjadjaran.

PB TI Godok 17 Atlet di Pelatnas

JAKARTA- PB TI optimis mampu menggodok atletnya yang diajukan ke Pelatnas SEA Games di Jakarta. Pasalnya, selama ini 17 atlet yang diajukan masuk Pelatnas multi event itu ditempa dalam Pelatnas Mandiri di Pantai Kapuk Indah, Jakarta Utara. Dengan, begitu ketika mendapat tawaran berlatih di Kaltim, PB TI memberikan penolakan.
Adapun 17 atlet yang diajukan dalam Pelatnas multi event itu terdiri 9 atlet putra dan 8 putri. Jumlah yang tidak terlalu besar untuk mengikuti Pelanas karena dalam Martial Art di Thailand, 25 April hingga 5 mendatang hanya mempertandingkan 4 kelas putra dan 4 kelas putri. Dengan begitu atlet yang akan dikirim sesuai dengan kelas yang dipertandingkan oleh tuan rumah Thailand.
”Para atlet yang dijaring masuk Pelatnas multi event itu berasal dari peraih medali emas, perak dan perunggu PON XVII Kaltim tahun 2008 lalu. Dengan begitu, mereka merupkan atlet pilihan yang bisa diandalkan di Thailand nantinya,”ujar Sekjen PB TI Wahyu Hanggono di Jakarta, Rabu (18/2).
Wahyu melanjutkan, dalam mempelatnaskan atlet sebenarya PB TI tidak tergantung dengan intruksi KON / KOI maupun Menegpora yang memiliki program PAL. Karena dalam meningkatkan prestasi atlet merupakan tanggung jawab PB. Untuk itu siapa atlet yang dikirim tampil di Martial art di Thailand, PB TI yang mengetahui secara langsung.
Ketika ditanya apakah ada perbedaan atlet yang dijaring masuk PAL dengan atlet yang kini ditempa dalam Pelatnas multi event? Wahyu mengatakan, tidak ada bedanya. Semuanya merupakan atlet pilihan. Bahkan bila ada kelas yang sama yang dipertandingkan di Martial Art maupun di SEA Games, PB TI yang akan melakukan penunjukan.
Namun bila diperlukan Seleknas antara atlet PAL lawan Pelatnas multi event, PB TI juga tidak memiliki keberatan. Karena atlet yang dikirim ke Martial Art maupun SEA Games XXV Laos nanti merupakan atlet yang terbaik. Dengan harapan mampu mempertahankan perlehan medali tahun sebelumnya.
”Bila di tahun 2007 lalu tim taekwondo Indonesia mampu meraih 2 medali emas, maka di Laos nanti minimal harus dapat mempertahankannya. Untuk itu diperlukan kerja keras dari para pengurus agar menghasilkan atlet yang berprestasi nantinya, baik di Martial Art maupun di SEA Games XXV,”tambah Wahyu lagi.(keke)